Home »
Tips
» Tiga Langkah Membangun Remaja Bebas Narkoba
Tiga Langkah Membangun Remaja Bebas Narkoba
Membangun remaja yang bebas dari penyalahgunaan narkoba harus didasarkan
pada pencermatan terhadap karakteristik pengguna narkoba sekaligus
tindakan yang melatarbelakanginya. Menurut analisis Dr. Graham Blaine
(psikiater), penyebab seseorang mengkonsumsi narkoba tidak hanya berasal
dari keinginan individu itu sendiri akan tetapi juga berasal dari
lingkungan sekitarnya.
Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat dan
bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik
sangat sederhana. Remaja yang menyalahgunakan narkoba sudah menjadi
generasi yang rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya tidak lagi fit dan
fresh untuk belajar dan bekerja membantu orangtua, sementara mentalnya
telah dikotori oleh niat buruk untuk mencari cara mendapatkan barang
yang sudah membuatnya kecanduan. Bila sudah demikian, apa yang dapat
diharapkan dari mereka?
Selanjutnya dan beberapa studi yang pernah dilakukan, karakteristik
pengguna narkoba biasanya adalah remaja-remaja kita yang "bermasalah".
Bermasalah disini artinya memiliki beban mental/kejiwaan yang menurut
mereka sangat berat dan sulit untuk ditanggung. Misalnya terlalu sering
dimarahi orangtua, tidak disukai lingkungan, merasa bersalah karena
orangtuanya bercerai, tidak mendapat kasih sayang, prestasi belajar
jelek, merasa diremehkan teman yang membuat sakit hati, merasa kurang
percaya diri dan sebagainya.
Keinginan yang besar ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sedikitnya
pengetahuan mereka tentang narkoba, membuat mereka rapuh dan terjebak
dalam lingkaran yang menghancurkan. Bagaimana menangkalnya? Ada tiga
langkah penting yang perlu dicoba untuk membangun remaja masa depan yang
bebas narkoba.
Pertama, dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban memberikan
kasih sayang yang cukup terhadap para remajanya. Mereka tidak boleh
cepat marah dan main pukul tatkala sang remaja melakukan kesalahan baik
dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa diberi kesempatan
untuk membela diri. sebaliknya, orangtua harus bersikap demokratis
terhadap anaknya. Anak harus diposisikan sebagai insan yang juga
membutuhkan penghargaan dan perhatian. Tidak cukup hanya diperhatikan
kebutuhan fisiknya, tetapi juga kebutuhan psikisnya. Sehingga komunikasi
yang hangat antara orangtua dan anak-anaknya menjadi langkah utama yang
jitu untuk menjalin hubungan yang harmonis agar sang remaja menjadi
tenteram dan nyaman tinggal di rumah. Jadi mereka tidak membutuhkan
pelampiasan atau pelarian di luar rumah tatkala menghadapi persoalan
yang rumit.
Kedua, dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban memberikan
informasi yang benar dan lengkap tentang narkoba sebagai bentuk
antisipasi terhadap informasi serba sedikit namun salah tentang narkoba
yang selama ini diterima dari pihak lain. Pihak sekolah juga perlu
mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba
dalam rangka mencegah dan mengatasi meluasnya penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar, seperti melakukan pembinaan dan pengawasan secara
rutin terhadap siswa baik dengan melibatkan pihak lain (kepolisian,
komite sekolah, orangtua), menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang
bermanfaat, serta mengembangkan suasana yang nyaman dan aman bagi remaja
untuk belajar.
Di samping itu pihak sekolah perlu berupaya keras "mensterilkan"
lingkungan sekolah dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba, dengan
tidak membolehkan sembarang orang memasuki lingkungan sekolah tanpa
kepentingan yang jelas dan mencurigakan sekolah dari peredaran dan
penyalahgunaan narkoba, dengan tidak memperbolehkan sembarangan orang
memasuki lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan
mencurigakan.
Ketiga, dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama, perangkat
pemerintahan di semua tingkatan mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati,
Camat, Lurah, hingga RT dan RW perlu bersikap tegas dan konsisten
terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya
masing-masing yang didukung penuh oleh phak keamanan dan kepolisian.
Mereka perlu terus menerus memberi penyadaran pada seluruh warga
masyarakat akan bahaya mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan
pengawasan ketat dari dokter dalam rangka penyembuhan. Khusus para tokoh
masyarakat dan tokoh agama tidak boleh mengenal lelah dan bosan
menanamkan norma-norma dan kebiasaan yang baik sebagai warga masyarakat,
baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya.
Ketiga langkah di atas adalah sebuah langkah formal dan normatif. Namun
layak untuk diimplementasikan. Karena tiga lingkungan tersebut yang
menjadi wilayah sehari-hari remaja ketika mencari jati dirinya.
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan
keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus
memiliki motivasi kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan
mampu menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas dan terampil,
tetapi juga bertaqwa. Kita harus mengambil langkah, agar keterbelakangan
dan keterpurukan bangsa ini tidak semakin dalam ke depannya karena
remaja yang nantinya menjadi pilar tak lagi punya harapan.
0 komentar:
Posting Komentar